AVONTUR |FOTO
PEKAN INI
#Terbunuh
#Terkunci
#Terdiamkan
# Tertutupi
#Terbisu
Cameracanon.blogspot.com – BANGUNAN
megah itu berdiri gagah menghadap
utara. Ornament semi-art deco berbaur
dengan gaya arsitektur era 1970-an menghias di sana-sini. Namun, kegagahan dan
keelokan gaya bangunan itu hanya menjadi sisa sedikit yagn tampak. Kini, aura
bangunan itu jauh lebih buruk dari yang seharusnya tergambarkan. Lusuh dan tak
terawat.
Itulah gambaran kondisi bangunan pabrik
kain cambric (kain mori) PC Rukun
Batik, Ciamis, Jawa Barat, yang mati dan sempat berganti menjadi pabrik busa
hingga tahun 1997. Kain mori menjadi salah satu bahan baku batik Ciamis. Di saat yang sama, kondisi batik itu pun terseok
di antara geliat liat usaha batik di Priangan, sperti Tasikmalaya dan Garut.
Ilalang hampri memenuhi setiap sudut lubang jendelanya. Barisan semut yang
bersemai di antara rerimbunan, kelepar sayap kelelawar, dan sesekali burugn
wallet yang singgah menjadi kegaduhan dari denyut kehidupan yang kini ada.
Tulisan “PC Rukun Batik” di atas
bangunan masih menancap, namun berkarat. Mesin-mesin besar tak lagi bergerak
berirama memproduksi ribuan meter kain. Kaca-kaca pecah di sana-sini.
Matinya pabrik mori itu turut
menjadi penanda era surutnya kehidupan perbatikan di Ciamis. Gempurang kain
printing motif batik dari China yang gelombangnya mulai besar masuk ke
Indonesia sejak 1980-an membuat batik Ciamis nyaris tinggal cerita. Meski masi
hmenyisakan segelintir tenaga yang berusaha menyelamatkan warisan keeokan motif
batik mereka, tetapi kini tak sesemarak lampau. Pabrik kain mori yang mati itu
menjadi penandanya. [Kompas, Minggu 7 Agustus 2016 |Teks dan Foto Rony Ariyanto Nugroho ]