Fotografi Tidak Cuma
Masalah Optik Lagi
Tips & catatan Arbain Rambey (Kompas, Selasa, 8 April
2014). Disajikan kembali oleh HendrikTan
Saya selalu mendambakan peta yang hidup dan bernapas,” kata
Manik Gupta, Group Product Mgr fr Google Maps di Siem Reap, kamboja, akhir
pekan lalu. Google Maps adalah bagian dari Google yang khusus mengembangkan
aneka peta dengan pendekatan-pendekatan baru.
Peta yang hidup? Peta yang bernapas?
Ya, saat ini peta sudah demikian maju, kalau anda membuka
Google Street View (mulailah dengan membuka www.google.com),
anda bisa mempelajari sebuah tempat dari foto tiga dimensi tentang tempat itu
yang dibuat ribuan pemakai Google dengan sukarela. Anda bisa memutar-mutar arah pandang sampai anda sungguh “menguasai”
tempat tersebut.
Lebih jauh, kini anda sudah bisa mempelajari detail sebuah
tempat dengan “bergerak” di layar monitor (atau telepon cerdas) dengan seakan
anda sedang berjalan di tempat itu, dengan arah dan jarak sesuai dengan kemauan
anda. Peta yang ada di Google Street View sungguh membawa anda seakan sudah
berada di sana tanpa beranjak ari tempat duduk saat ini.
Kini tujuh benua (termasuk Antartika dan Alaska/Greenland),
50 negara dan sekitar 6 juta mil jalan sudah dijelajahi Google Street view
dengan kamera khusus yang dikembangkan Google.
Optic plus perangkat lunak
Kamera khusus yang dikembangkan Google merekam dalam tiga
dimensi dengan cara sangat khusus. Dulu, foto tiga dimensi dihasilkan dari dua
kamera yang mewakili mata manusia.
Tiga dimensi yang “dianut” Google adalah tiga dimensi yang
akan diolah perangkat lunak khusus sehingga menghasilkan rekaman total sebuah
tempat dalam elbih dari tiga dimensi. Anda bisa bergerak ke arah mana pun, bisa
pula melihat kea rah mana pun di titik mana pun.
Kamera dengan 10 sampai 12 arah pandangan yang dikembangkan
Google dibawa orang berjalan di area dimana hanya bisa dijelajahi kaki, atau
dengan mobil pada area yang memungkinkan dilewati mobil.
“Hasil pemotretan beruntun itu lalu kami olah dengan
perangkat lunak yang kami kembangkan. Maka jadilah peta yang merekam sebuah
tempat dalam segenap sisinya, segenap detailnya,” kata Wakil Presiden Google
untuk komunikasi Asia Pasifik.
Bisa dikatakan, saat ini fotografi telah masuk ke babak yang
lebih tinggi. Fotografi tidak semata masalah optic lagi, tetapi juga masalah
bagaimana hasil pemotretan itu bisa meningkat ke tingkat yang lebih tinggi
dengan bantuan perangkat lunak. Tanpa diolah, memang fotografi akan terbatas
pada gambar mati dalam dua dimensi dan terbatas.
Menyangkut Budaya
Tak hanya itu, Google Street View sudah mengjankau hal lebih
dalam lagi. Beberap temapt penting sudah terpetakan dengan detail. Museum Nasional
Indonesia, misalnya. Anda bisa masuk Museum Nasional ari tempat duduk anda
lewat komputer, lalu melihat dengan detail aneka koleksi yang ada di sana. Sangat
detail bahkan serat kain sebuah ulos bisa terliaht jelas.
Potret detail sebuah benda bersejarah memang perlu ada untuk
menghindari pemalsuan. Sjahrial Djalil, kolektor benda seni, mengatakan bahwa
potret detail sebuah benda seni membuat benda itu tak bisa dipalskukan. “Retakan
dan aneka detail jelas tak bisa ditiru. Selama ini pemalsuan benda seni terjadi
karena orang tidak tahu deatilnya.” Kata pemilik Museum Dalam kebuh di Kemang
Timur, Jakarta Selatan, ini.
Fotografi memang seubah temuan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Dan dengan digabungkan dengan aneka penemuan lain, fotografi
jelas merupakan bagian kehidupan manusia sampai kapan pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar