SUNGGUH sulit
mendefinisikan apa itu fotografi documenter. Wlaupun dokumentasi selalu berarti
“merekam sesuatu”, merekam sebuah negeri secara visual dengan kamera adalah
keputusan yang akan berdasarkan selera dan jalan pikiran sang perekam.
Misalkan ada tiga orang,
masing-masing pengajar tari, pengajar tata boga, dan pengajara selam,
ditugaskan membuat dokumentasi fotografi
tentang Indonesia, bisa dipastikan ketiganya akan memotret hal-hal berbeda,
bukan? Pengajar selam bisa dipastikan banyak mengunjungi Indonesia bagian timur
dan foto-foto karyanya sangat jarang dibaut pada malam hari. Pengajar tari
pasti member porsi besar kepada Jawa dan Bali. Sementar pengajar tat boga
banyak berkutat di Indonesia bagian barat.
Bagaimana jika ada Sembilan
fotografer jurnalistik memotret Indonesia?
Inilah yang terjadi saat Yuniadhi
Agung, Edy Purnomo, Prsetyo Utomo, Mast Irham, Peksi Cahyo, Ahmad Zamroni, Dita
Alangkara, Beawiharta, da nSumaryanto Bronto yang tergabung dalam kelompok 1000
kata membuat buku fotografi tentang Indonesia dengan judul #Ini Negriku.
Kesembilannya merupakan fotofrafer jurnalistik yang bekerja di berbagai media
dan kesembilannya bisa dikatakan fotografer-fotografer senior di Indonesia.
Dalam peluncuran buku ini, pekan
lalu di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, mereka menyebutkan bahwa pemilihan
lokasi pemotretan, yiatu Sabang, Sibolga, Banyuwangi, Putussibau, Berau, Bima,
Labuan Bajo, Ende, Sumba, Ternate, Tidore, langur, Saparua, Soronga dan Raja
Ampat, berdasarkan kenyataan bahwa lokasi-lokasi itu belum terlalu banyak
direkam untuk “mewakili” Indonesia secara umum saat ini. Sementara kurtor buku
ini yang juga ikut memotret, Edy Purnomo, mengatakan bahwa pemilihan foto
berdasarkan pada jargon anti-mainstream
alias pendekatan yang tidak biasa.
Secara umum memang buku ini merekam
Indonesia dengan pendekatan jurnalistik secara menarik. Beberapa foto yang
ditampilkan bersama tulisan ini sungguh menampilkan rasa Indonesia dengan
kental dan indah: keberagaman agama, adat yang masih dipertahankan, kehidupan
yang damai, dan wjaha khas yang berbeda antara satu tempat dan temapt lain.
Buku ini secara umum luar biasa
karena merekam Indonesia dengan epndekatan menarik. Bahkan foto kuda meringkik
di sampul (karya Marst irham) sungguh menarik untuk symbol “ini Indonesia”.
Selama ini, kuda sangat jarang idpkai untuk mewakili Indonesia, padahal kuda
sumba sungguh terkenal.
Dan kalau harus menyebut kekurangan
buku ini, mungkin itu ada di pemilihan beberapa foto saja. Mereka mdengan foto
untuk dimuat di Koran beberapa hari setelah pemotretan dan mereka mdengan foto
untuk dkomunetasi jangka panjang tentu berbeda. Beberapa foto di buku ini
sebenarnya hanay cocok untuk pemuatan temporer. Foto tangan di jendela kapal
pada halaman 10 dan foto profil pencari madu di halaman 40 adalah dua
contohnya. Kedu foto itu hanyalah rekaman jangka pendek alias tidak berarti
apa-apa di masa mendatang.
Akhirnya, acungan jempol layak diberikan
untuk buku ini. Kita semua cinta Indonesia…kfk.kompas.com
DESCRIPTION: BUKU FOTO INI NEGERIKU!
KEYWORDS: DOKUMENTER,FOTOGRAFER
TAGS : MEREKAM DATA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar