Bergantung pada
Mirrorless
By Hendrik Tan
Menurut laporan Camera dan Imaging Products Assosiation atau
asosiasi produsen kamera dan imaging Jepang, CIPA, antara Januari hingga Juni
2013 lalu, para produsen kamera digital di Jepang hanya mampu mengapalkan
sebanyak 30 juta unit kamera digital, atau turun 43% di banding tahun
sebelumnya.
“KAMERA ponsel gue udeh cukup kok buat foto-foto
kegiatan sehari-hari. Buat apa bawa kamera yang besar? Repot, lagian agak gak
pas aja kalau dibawa ke mall atau temapt lainnya kalau Cuma buat foto bareng.”
Begitulah ucapan yang terlontar dari mulut pemuda yang mulai
malas membawa-bawa kamera DSLR ke mana-mana. Selain berat dan repot,
membawa-bawa kamera DSLR sering dijadikan bahan ejekan misalnya mulai dari “kayak yang jago aja” atau “widih, fotografer tuh”. Celetukan itu
yang mulai membuat pemuda ini mulai beralih ke kamera ponsel saja.
Inilah yang membuat penjualan kamera digital sedikit merosot
karena ponsel menjadi andalan untuk kegiatan sehari-hari. Kini, kamera DSLR
hanya bisa menggarap segmen yang benar-benar professional atau hobi. Namun,
ditengah kelesuan itu masih ada harapan melalui produk kamera mirrorless.
Dengan ukuran lebih kecil dari DSLR, tetapi dengan kualitas
gambar yang sama bagusnya dengan DSLR, kamera mirrorless menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang tidak ingin
kerepotan dalam membawa kamera yang besar. Soal kualitas dengan kamera posel?
Tentu lebih baik. Apalagi kemampuannya ybang bida digonta-ganti lensa sesuai
kebutuhan menjadi faktor menarik pembeli.
Berdasarkan International Data Corporation (IDC), industry
kamera mengalami penurunan pada 2013. Penjualan DSLR turun 11%, sedangkan
compact camera turun 40%. Kamera mirrorless
pun sebenarnya turun, tetapi tidak banyak, hanya 1,2%. Namun, di sinilah
seharusnya kepintaran para produsen diuji coba. Mereka seharusnya lebih mampu
memanfaatkan pasar compact camera dan
DSLR untuk pindah ke mirrorless atau
setidaknya tidak berpindah ke ponsel kamera.
Beberapa produsen pun sudah melakukan banyak cara, misalnya
Sony. Tahun lalu, Sony menawarkan sensor full
frame sebaik DSLR kelas ata. Olympus juga terus memperbaiki kualitas
sensornya agar bisa menghasilkan gambar yang baik. Nikon pun tidak tinggal
diam, sejumlah perbaikan dari bodi hingga memperbanyak jenis lensa juga
dilakukan agar tetap bisa menarik pembeli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar