Memahami Indahnya
Mata Amatir
By Hendrik Tan disadur dari Kompas, Selasa, 22 Juli 2014, Tips&Catatan : Arbain Rambey
AMATIR dan professional hebat mana dalam konteks fotografi? Pertanyaan
diatas selalu terlontar dalam acara fotografi. Dan, untuk menjawabnya, kita
tentu harus berpedoman dengan kenyataan: amatir yang mana dan professional yang
mana. Segala hal di dunia tak pernah bisa dibuat rumus umumnya karena memang
isi duni ini tidaklah homogeny.
Amatir sesungguhnya berasal dari kata yang kira-kira berarti
‘pencinta’. Yangdisebut fotografer amatir adalah orang yang memotret semata
demi kesenangan dan kecintaan. Sementara professional mengadung makna ‘profesi’
alias pekerjaan. Yang disebut fotografer professional adalah orang yang
penghasilannya dari fotografi. Kata professional tidak berhubungan langsung
dengan tingkat keahlian.
Dalam sejumlah lombo foto yang saya amati selama lima tahun
terakhir ini, kategori amatir hampir selalu diisi foto-foto yang jauh lebih
bagus daripada kategori professional, dalam hal ini wartawan. Bisa dimaklumi
karena amatir punya jangkauan pemotretan tidak terbatas, sementara kaum
fotografer jurnalistik umumnya memotret di lingkungan di ditugaskan. Untuk kategori
fotografer professional lain seperti para fotografer iklan, mereka jarang yang
tertarik untuk ikut lomba foto.
“Mata Indonesia”
Baiklah, berbagai alinea di atas adalah deretan pembuka
untung menggiring kita pada sebuah buku fotografi yagn dibuat komunitas
fotografi amarti Candra Naya (Jakarta). Sebagai salah satu klub tertua di
Indonesia, mulai berkegiatan pada 1948, klub ini adalah klub yang sangat aktif.
Sejumlah lomba fotografi internasional digagas klub ini dalalm beberapa tahun
terakhir.
Menerbitkan buku fotografi memang membutuhkan dana besar. Namun,
yang lebih sulit adalah kemauan untuk menerbitkannya. Buku setebal 164 halaman
yang berisi lebih dari 150 foto ini mengisi kekosongan buku foto tentang
Indonesia yang dibuat fotografer Indonesia. Denagn editor Agatha Bunanta, buku
ini diberi judul Mata Indonesia.
Mata para amatir di buku tersebut sungguh indah. Aneka hal
yang ada di Indonesia dipotret dengan “lebih dari biasa” karena mereka
melakukannya karena kesukaan. “Saya yakin dalam beberapa tahun lagi, buku ini
akan menjadi barang koleksi yang diburu. Banyak hal yang sulit diulangi, ada
dalam buku ini.” Kata Edwin Djuanda, Ketua Candra Naya, Sabtu (19/7).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar