Realitas saat ini, kebutuhan kadang
ditentukan dengan kemunculan barang baru. Perusahaan elektronik dari Jepang,
Panasonic, pada Photokina 2018 (pameran fotografi dua tahunan dunia) di
Cologne, Jerman, akhir bulan lalu, mengumumkan sedang menyiapkan kamera untuk
rekaman video 8K pada Olimpade Tokyo 2020 mendatang.
PERTANYAAN yang lalu mengemuka adalah apakah kita perlu
8K? Untuk menjawab itu, kita bisa melihat ke belakang. Dulu saat VCD dibuat
pada awal tahun 1990-an menggantikan video VHS, orang mera puas menyaksikan
video dari VCD. Kemudian kemunculan DVD pada akhir tahun 1990-an membuat orang
lalu melupakan VCD. Demikian pla sat Bllue Ray muncul, orang lalu melupakan
DVD. Kebutuhan orang meningkat sejalan dengna kemajuan teknologi, bukan
sebaliknya.
Sistem “mirorless”
Panasonic bisa
dikatakan membuat evolusi fotografi pada 2008 bersama Olympus menciptakan system
kamera mirrorless. Saat ini, bisa
dikatakan semua perusahaan fotografi sudah mulai meninggalkan system DSLR dan
memakai system baru yagn dimotori Panasonic dan Olympus ini.
Pada 2008 it
uPanasonic memilih sensor Micor Foruth Third (MFT) untuk system mirrorless-nya dan ini bertahan sampai
sekarang. Selam ini sensor MFT secara umum bisa memenuhi kebutuhan umum
fotografi.
Sementra itu, perusahana-perusahaan
lain memilih sensor APSC, seperti Sony yang memulai system mirrorless sejak 2009, juga Fuji dan Cannon. Mirrorless yang
memakai sensor Fullframe (36cm x 24cm) pertama adalah Sony lewat seri A7 pada
2013.
Namun di Photokina
2018 ini pula, Panasonic secara mengejutkan mengumumkan akan memperoduksi
ssestem mirrorless dengan sensor fullframe. Ada yang menyebut bahwa
Panasonic “mengikuti” Sonny, juga Canon dan Nikon, yang memulainya sejak
beberapa bulan lalu.
Pertanyaan yang lalu
mengemuka adalah, apakah Panasonic menyerah denga nkemajuan MFT yagn dirasa
kurang cepat?
Menurut Toshiyuki
Tsumura, Kepala Perencanaan Produk Panasonic, Panasonic sedagn berusaha
melompat secara teknologi. “Sistem MFT kam ibagus sekali, bukan? Nah, kami
sekarang merencanakan kamera baru dengan sensor yang ukurannya dua kali MFT,
jadi pasti hasilnya leibh bagus lagi,” katanya kepada Kompas dan dua praktisi
videografi dari Indonesia, Goen Rock dan Beny Kadar, dalam wawancara khusus di
Cologne.
Sesungguhnya, kamera
mirrorless dengan sensor fullframe buatan Panasonic yang akan beredara tahun
ini tersebut bukanlah terbaru “baru” bagi konsorsium penciptanya (Panasonic,
Leica, dan
Sigma) dan bukan
sangat baru karena system ini ternyata sudah ada, yaitu Mounting L dari Leica.
Sistem fullframe sesungguhnya adapatasi dari system film yang merekam dalam
rekaman 36 cm x 24 cm. Dan system ini pertama kali dipakai Leica pada 1927 lewat Leica 1. Sistem fullframe
adala hsistem dasr yang diawali oleh Leica dan kin populer lagi dalam era
digital.
Kamera baru rancangan
tiga perusahaan ini cukup siap karena sudah mempunya 11 lensa yang bisa
dipakai, yaitu 8 dari Leica dan 3 dari Panasonic sendiri. Sementra perusahaan
Sigma akan menghasilkan lensa-lensa lapis keduanya.
Sampai kapan
perekembangan kamera akan berlangsung?
Jawabannya adalah,
tidak akan pernah berhenti. Selama inovasi bisa dilakukan, kebutuhan manusia
akan menyesuaikannya. [Sumber : Kompas, Selasa. 2 Oktober 2018|Oleh
: Arbain Rambey]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar