KLINIK FOTOGRAFI Tips & Catatan |ARBAIN RAMBEY
SEJAK fotografi
memasuki era digital murni pada tahun 2000, pelan tapi pasti orang makin jarang
mencetak fotonya maka, foto keluarga, foto diri, dan foto-foto lain pun jadi biasa
disaksikan di layar computer, layar telepon genggam, atau juga bingkai foto
digital. Satu per satu perusahaan cetak foto meniggalkan bisnisnya.
Namun, dalam tataran seni, foot
dalam bentuk cetak tidak akan pernah mati karena pada satu titik orang buuth
“betemu”, butuh interaksi nyata, dan butuh “rasa bahwa sebuah foto ada”. Ini
mirip dengna feomena film yang sempat mematikan gedung bioskop karena maraknya
film digital dalam sekeping cakram DVD/Blue Ray, tetapi kini orang mulai
kembali ke gedung bioskop juga.
Sebuah pameran foto bertajuk
“Calibre” yang berlangsung di Ruman MAEN
di bilangan Jakpus, Jakarta, menunjukkan dengan jelas penggabungan dunia
digital dan dunia cetak. Empat fotografer berpameran di sana, yaitu Fanny
Octavianus, Jay Subyakto, John Suryaatmadja, dan Oscar Motuloh. Mereka
berkolaborasi dengan pakar digital Howard Brawidaja dan Gunawan Widjaya.
Dalam pameran foto Calibre, materi
tersaji dalam cetakan dan digital, tanpa tumpang-tindih. Pengunjung dianjurkan
mengunduh dahulu perangkat lunak Calibre Indonesia, baik di Android maupun di
iOS. Dan, dengan perangkat lunak itu, data tentang sebuah foto dan juga foto
lain yang “mendampingi” sebuah foto yang cetakannya terpasang mudah diakses
pengunjung.
Pembelian sebuah karya dalam cetakan
juga bisa dilakukan dari perangkat lunak tersebut. Hal ini membuat sebuah
cetakan yang dibeli penunjung otomatis terdata, mendapat nomor seri, sekaligus
mencegah terjadinya cetakan tidak resmi alias bajakan. Fotografer dan pembeli
karys sekaligus terlindungi.
Caliber mungkin bukan yang pertama
dalam pemakaian QR code (quic response code) dala msebuah pameran foto. Pameran
foto dalam rangka Kemerdekaan RI ke-10 tahun 2015 sudah memakainya. Tetapi,
dari segi system kerja dan fakta penjualan karya, Calibre memang terdepan.
Diharapkan dengan rintisan Calibre
ini, pameran fotografi di Indonesia marak lagi dan penjualan karya foto menjadi
menarik dan terdata dengan baik. [*/CCblogspot.com dari Sumber : Kompas, Selasa, 11 Oktober 2016
]
DESCRIPTION: untuk bisa memahami
tulisan ini, mohon jangan membaca teks foto-foto yang ada sebelum membaca
tulisannya.
KEYWORDS: foto digital,pameran
foto,era digital.
Excerpt : Fotografi buat saya bukan
melulu mengenai merekam gambar yang mengharuskan tercapainya focus agar mendapatkan
gambar yang tajam. Fotografi adalah sebuah perjalanan yang tak akan selesai,
jika kaidahnya hanya diukur dari pencapaian teknis, maka berarti kita telah
mematikan jalan panjang fotografi.
TAGS : Calibre,QR code,karya foto.
#Foto karya Jay Subyakto dalam
aplikasi Calibre Indonesia dan keternagn pemikiran pemotretnya.
#Foto Karya Oscar Motuloh yang dilihat dari
aplikasi Calibre Indonesia beserta opsi untuk membelinya.
# Foto Karya Fanny Octavianus dalam serial
berjudul “Noktah Jaman” dan QR Code di sampingnya.
#Detail Quick Response (QR) Code pada
foto karya John Suryaatmadja. Dnegna aplikasi Calibre Indonesia, segala
keterangan dan foto lain dari seri “Almost Heaven” ini bisa dilihat di telepon
cerdas.