Senin, 02 Februari 2015

LARAS |GADGET

Bergantung pada Mirrorless
Menurut laporan Camera dan Imaging Products Assosiation atau asosiasi produsen kamera dan imaging Jepang, CIPA, antara Januari hingga Juni 2013 lalu, para produsen kamera digital di Jepang hanya mampu mengapalkan sebanyak 30 juta unit kamera digital, atau turun 43% di banding tahun sebelumnya.
KAMERA ponsel gue udeh cukup kok buat foto-foto kegiatan sehari-hari. Buat apa bawa kamera yang besar? Repot, lagian agak gak pas aja kalau dibawa ke mall atau temapt lainnya kalau Cuma buat foto bareng.”
Begitulah ucapan yang terlontar dari mulut pemuda yang mulai malas membawa-bawa kamera DSLR ke mana-mana. Selain berat dan repot, membawa-bawa kamera DSLR sering dijadikan bahan ejekan misalnya mulai dari “kayak yang jago aja” atau “widih, fotografer tuh”. Celetukan itu yang mulai membuat pemuda ini mulai beralih ke kamera ponsel saja.
Inilah yang membuat penjualan kamera digital sedikit merosot karena ponsel menjadi andalan untuk kegiatan sehari-hari. Kini, kamera DSLR hanya bisa menggarap segmen yang benar-benar professional atau hobi. Namun, ditengah kelesuan itu masih ada harapan melalui produk kamera mirrorless.
Dengan ukuran lebih kecil dari DSLR, tetapi dengan kualitas gambar yang sama bagusnya dengan DSLR, kamera mirrorless menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang tidak ingin kerepotan dalam membawa kamera yang besar. Soal kualitas dengan kamera posel? Tentu lebih baik. Apalagi kemampuannya ybang bida digonta-ganti lensa sesuai kebutuhan menjadi faktor menarik pembeli.
Berdasarkan International Data Corporation (IDC), industry kamera mengalami penurunan pada 2013. Penjualan DSLR turun 11%, sedangkan compact camera turun 40%. Kamera mirrorless pun sebenarnya turun, tetapi tidak banyak, hanya 1,2%. Namun, di sinilah seharusnya kepintaran para produsen diuji coba. Mereka seharusnya lebih mampu memanfaatkan pasar compact camera dan DSLR untuk pindah ke mirrorless atau setidaknya tidak berpindah ke ponsel kamera.
Beberapa produsen pun sudah melakukan banyak cara, misalnya Sony. Tahun lalu, Sony menawarkan sensor full frame sebaik DSLR kelas ata. Olympus juga terus memperbaiki kualitas sensornya agar bisa menghasilkan gambar yang baik. Nikon pun tidak tinggal diam, sejumlah perbaikan dari bodi hingga memperbanyak jenis lensa juga dilakukan agar tetap bisa menarik pembeli.