Senin, 04 Juli 2016

KETIKA SENJA DAN PUASA BERMAKNA

Pekerja Bangunan dan Bakso

Dalam kebersamaan

Berbuka di Kafe
Cameracanon.blogspot.com SUARA beduk dan sirene berkumandang bersamaan dengan suara adzan maghrib, menandai waktu berbuka setelah menjalani ibadah puasa. Hampir 14 jam menahan segala bentuk godaan haus dan lapar telah dilalui.
Kelegaan dan keikhlasan setiap umat yang menjalaninya seperti memberikan kenikmatan hidup selama bulan suci Ramadhan. Merayakan kemenangan setelah menahan hawa nafsu seharian berpuasa terasa di sudut kota Semarang pekan ini, seperti pasar, jalan raya, kafe, hingga tas gedung bertingkat saat suara adzan terdengar.

Menghentikan langkah sejenak dan menikmati teh hangat di tepi jalan. Memilih menu masakan di warung dan berbagi cerita atau membuka bekal yang telah disiapkan sebelumnya. Hingga menerima sebuah kotak nasi dan es buah dingin yang dibagikan dari orang tak dikenal membuat senja begitu bermakna. Selamat berbuka…[Kompas, Minggu 19 Juni  2016 |Teks dan Foto Raditya Mahendra Yasa ]

KIAT MEMOTRET

Saat Berwisata
Setelah matahari menghilang di cakrawala saat senja, langit mulai dipenuhi warna-warna indah.
Cameracanon.blogspot.com – kompas , Senin, 25 Juli 2011 | Oleh : Arbain Rambey |Jakarta – Menurut Survei asosiasi pembuat kamera Jepang pada 2009-diulangi dengan hasil sama tiap tahun sampai sekarang-alasan terbesar orang membeli kamera adalah untuk menemani beperigan. Fotografi memang teman utama dalam dunia wisata karena banyak hal bisa didapat hanya dengan selembar foto
Foto kegiatan manusia (human interest)  selalu menarik
BAGI seorang turis, selembar foto adalah bukti bahwa dia sudah sampai di tempat-tempat indah. Sementara bagi sebuah Negara, fotografi adalah sarana untuk menarik kedatangan turis ke wilayah wisata yang dimilikinya.
Dalam berdamawisata, janganlah membawa perlengkapan kamera terlalu banyak karena itu malah merepotkan. Selain berat, ketidakringkasan barang bawaan akan membuat banyak kesalahan yang tidak perlu saat memotret.
Secara umum, dalam berwiata, sebagian besar foto kita akan dihasilkan dalam pencahayaan siang yang terang benderang. Maka, tidak terlalu perlu membawa lensa-lensa dengan bukaan 2,8 atau lebih besar. lensa-lensa dengan bukaan terbesar 3,5 atau 4 sudah cukup.
Kalau anda tidak terlalu paham istilah teknis fotografi, aline terakhir tersebut bisa dibaca: pakai kamera saku juga sudah akan menghasilkan foto indah asal pemotretannya tepat waktu dan posisi.
Banyak orang yang sangat fanatic dengan mutu foto, lalu memilih membawa lensa-lensa cepat (bukaan besar) yang berat. Pengalaman membuktikan, orang yang membawa lensa berat memang mendapatkan foto yang lebih bagus. Namun, jumlah foto yang dibuat sangat sedikit dengan pilihan terbatas pula.
Selain kamera DSLR, kepraktisan kamera saku juga tidak bisa diabaikan. Pilihan antara memakai kamera saku dan kamera DSLR adalah pilihan antara bepergian menyenangkan sambil membawa foto-foto penuh kenangan atau berpergian dengan focus utama mendapatkan foto bagus.
Secara umum, jumlah lensa yang dibawa kalau memakai kamera DSLR sesungguhnya cukup dua buah, dan keduanya zoom. Lensa yang paling sering menempel di kamera adalah lensa rentan 18-55 milimeter, atau yang setara misalnya 17-40, atau 12-60 pada system fourthirds. Ini adalah rentang yang akan paling sering dipakai.
Lensa kedua, yang sebaiknya dipasang dikantong lensa yang tersangkut di ikat pinggang agar mudah dijangkau, dianjurkan punya rentang 70-200 milimeter atau 70-300.
Kalau masih mencadangkan memotret di ruang sangat sempit (dan ini jarang sekali), bolehlah di dalam tas ada lensa tambahan superlebar, misalnya 8 milimeter atau lensa mata ikan lain.
Kalau anda membawa DSLR, tas yang dipakai sebaiknya adalah tas yang memudahkan kita berganti-ganti lensa, dua foto tas yang menyertai tulisan ini, yaitu tas tipe slingshot, dan tas tipe pinggang, akan memudahkan kita dalam segalanya.
Jangan malas
Hal penting lain dalam berwisata adalah kenyataan ini: walau ini adalah saat bersantai, bukan berarti harus melulu bermalas-malasan. Apa salahnya saat berwisata kita bisa mendapatkan foto-foto alam yang bagus. Foto-foto itu jelas tidak bisa kita dapatkan kalau kita semata tinggal di kota.
Pagi hari dan senja hari adalah saat terbaik untuk memotret pemandangan alam. Pada pagi hari, udara masih bersih, langit belum terlalu berawan, dan warna cahaya yang ada hangat kekuningan. Sinar matahari pagi, juga sore, yang datang miring harus melewati atmosfer yang lebih “dalam” daripada cahaya siang yang datang tegak lurus. Akibatnya, sinar matahari pagi, selain punya suhu warna yang “hangat” karena suhu Kelvin-nya rendah, juga membuat aneka bayangan yang membuat permainan warna.
Masalah teknis
Saat berwisata, sebagian besar wakt ukita ada di luar ruangan dan masalh teknis yang harus dihadapi adalah kelembaban. Kalau kita datang dari suhu yang lebih dingin, lalu memotret di tempat yang kelembabannya tinggi, lensa kamera kita akan dipenuhi embun dan kita tidak akan bisa memotret dengan baik.
Contoh kasus yang paling sering terjadi untuk masalah ini adalah kita keluar dari dalam mobil ber-AC yang sangat dingin, lalu memotret keluar mobil. Dalam waktu beberapa detik, lensa kamera kita sudah akan dipenuhi uap air dan kita tidak dapat memotret.
Juga dalam keadaan hujan, kamera di dalam ransel sering mengalami kondensasi sehingga lensa atau bahkan sensor digitalnya dipenuhi embun.
Di dalam suhu sangat dingin, baterai kamera juga mengalami kehilangan tenaga luar biasa. Dalam suhu sangat dingin, usahakan agar kamera kita tetap hangat, misalnya dengan menaruhnya didada, di dalam jaket yang kita kenakan.
Masalah teknis yang juga penting adalah masalah white balance (WB). Tidak selalu penyesuaian WB yang “tepat” akan menghasilkan gambar yang lebih baik. Seni fotografi adalah menghasilkan foto sesuai “keinginan” kita. Foto matahari terbit justru menarik kalau kekuningan. Maka, setting WB untuk matahari pagi sebaiknya justru pada setting daylight, kalau perlu pada setting di atas 5.500 kelvin.
Pada setting WB lebih tinggi daripada 5.500 kelvin, warna pantulan sinar matahari di air akan tampak keemasan.
Memotret manusia
Selain memotret alam, ketika berwisata, kita juga akan bertemu dengan banyak manusia dengan tabiat dan kegiatan yang unik. Saat memotret  manusia selama perjalanan, kita bisa menghasilkan foto-foto yang sarat makna dan kenangan.
Foto manusia dan kegiatannya, atau biasa dikenal sebagai human interest photo, selalu menarik. Manusia senang berinteraksi, berjumpa dan melihat manusia lain dalam bentuk apa pun. Itulah sebabnya, foto human interest hampir selalu ada di sejumlah media cetak.
Foto human interest bisa dikatakan karena manusia selalu berkegiatan di mana pun. Namun, foto human interest yang baik tidak terlalu mudah dihasilkan karena berbagai kendala yang mungkin dihadapi si pemotret.
Manusia berkegiatan adalah sesuatu yang tiga dimensi dan bergerak, sementara media foto adalah dua dimensi dan sama sekali tidak bergerak. Selain itu, ekspresi seorang manusia sering hanay bisa tertangkap indra manusia karena ekspresi merupakan reaksi terhadap lingkungan. Tantangan dalam membuat foto human interest adalah kemampuan memindahakn sebuah realitas manusia, lengkap dengan ekspresi fisiknya, ke dalam selembar foto. Untuk itu anda harus jeli dan sabar agar bisa mendapatkan foto-foto manusia berkegiatan yang unik dan menarik.

DESCRIPTION: Fotografi memang teman utama dalam dunia wisata karena banyak hal bisa didapat hanya dengan selembar foto.

KEYWORDS: KIAT,MEMOTRET,BERWISATA,FOTOGRAFI,KAMERA,FOTO,DUNIA WISATA,zoom,fourthirds,tepat waktu, posisi.