Senin, 12 Desember 2016

Merekam Data, Fakta, dan Rasa

Tips & Catatan |Arbain Rambey
SUNGGUH sulit mendefinisikan apa itu fotografi documenter. Wlaupun dokumentasi selalu berarti “merekam sesuatu”, merekam sebuah negeri secara visual dengan kamera adalah keputusan yang akan berdasarkan selera dan jalan pikiran sang perekam.
Misalkan ada tiga orang, masing-masing pengajar tari, pengajar tata boga, dan pengajara selam, ditugaskan membuat  dokumentasi fotografi tentang Indonesia, bisa dipastikan ketiganya akan memotret hal-hal berbeda, bukan? Pengajar selam bisa dipastikan banyak mengunjungi Indonesia bagian timur dan foto-foto karyanya sangat jarang dibaut pada malam hari. Pengajar tari pasti member porsi besar kepada Jawa dan Bali. Sementar pengajar tat boga banyak berkutat di Indonesia bagian barat.
Bagaimana jika ada Sembilan fotografer jurnalistik memotret Indonesia?
Inilah yang terjadi saat Yuniadhi Agung, Edy Purnomo, Prsetyo Utomo, Mast Irham, Peksi Cahyo, Ahmad Zamroni, Dita Alangkara, Beawiharta, da nSumaryanto Bronto yang tergabung dalam kelompok 1000 kata membuat buku fotografi tentang Indonesia dengan judul #Ini Negriku. Kesembilannya merupakan fotofrafer jurnalistik yang bekerja di berbagai media dan kesembilannya bisa dikatakan fotografer-fotografer senior di Indonesia.
Dalam peluncuran buku ini, pekan lalu di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, mereka menyebutkan bahwa pemilihan lokasi pemotretan, yiatu Sabang, Sibolga, Banyuwangi, Putussibau, Berau, Bima, Labuan Bajo, Ende, Sumba, Ternate, Tidore, langur, Saparua, Soronga dan Raja Ampat, berdasarkan kenyataan bahwa lokasi-lokasi itu belum terlalu banyak direkam untuk “mewakili” Indonesia secara umum saat ini. Sementara kurtor buku ini yang juga ikut memotret, Edy Purnomo, mengatakan bahwa pemilihan foto berdasarkan pada jargon anti-mainstream alias pendekatan yang tidak biasa.
Secara umum memang buku ini merekam Indonesia dengan pendekatan jurnalistik secara menarik. Beberapa foto yang ditampilkan bersama tulisan ini sungguh menampilkan rasa Indonesia dengan kental dan indah: keberagaman agama, adat yang masih dipertahankan, kehidupan yang damai, dan wjaha khas yang berbeda antara satu tempat dan temapt lain.
Buku ini secara umum luar biasa karena merekam Indonesia dengan epndekatan menarik. Bahkan foto kuda meringkik di sampul (karya Marst irham) sungguh menarik untuk symbol “ini Indonesia”. Selama ini, kuda sangat jarang idpkai untuk mewakili Indonesia, padahal kuda sumba sungguh terkenal.
Dan kalau harus menyebut kekurangan buku ini, mungkin itu ada di pemilihan beberapa foto saja. Mereka mdengan foto untuk dimuat di Koran beberapa hari setelah pemotretan dan mereka mdengan foto untuk dkomunetasi jangka panjang tentu berbeda. Beberapa foto di buku ini sebenarnya hanay cocok untuk pemuatan temporer. Foto tangan di jendela kapal pada halaman 10 dan foto profil pencari madu di halaman 40 adalah dua contohnya. Kedu foto itu hanyalah rekaman jangka pendek alias tidak berarti apa-apa di masa mendatang.
Akhirnya, acungan jempol layak diberikan untuk buku ini. Kita semua cinta Indonesia…kfk.kompas.com
DESCRIPTION:  BUKU FOTO INI NEGERIKU!
KEYWORDS: DOKUMENTER,FOTOGRAFER

TAGS :  MEREKAM DATA.