Minggu, 15 Mei 2011

Jangan Malu pada Semut Merah


Dalam hal keindahan dan keunikan momen, Indonesia masuk urutan teratas di dunia fotografi makro. Indikatornya, layar situs fotografi internasional seperti oneexposure.com selalu dihiasi foto-foto serangga dari Indonesia. Saingan hasil jepretan fotografi makro dari Indonesia tak lagi di Asia, tapi lintas benua, seperti Eropa.

Jepretan fotografi makro dari Indonesia tergolong unggul karena fotografernya berani terjun ke tengah ilalang. Sementara fotografer luar negeri lebih banyak bereksperimen di studio. Indonesia juga unggul karena keragaman serangganya yang unik dan tidak ditemui di belahan dunia lain. ”Jangan sampai menyiksa binatang. Sekali melakukan, selamanya tidak akan dapat momen bagus,” ujar Andiyan Lutfi.

Saat ini, situs fotografi makro internasional sedang menggandrungi potret semut. Beberapa kali Andiyan pun memenangi kejuaraan fotografi makro dengan mengusung gambar semut. Foto karyanya berjudul Ration yang memotret aktivitas semut mengangkat remah brownies menang di ajang Sony Award. Foto semut lain miliknya juga menyabet juara pertama Photographer of the Year di Inggris.

Sayangnya, hasil jepretan fotografi makro di Indonesia belum mendapat apresiasi layak dari segi materi. Tapi, hal ini tak menyurutkan minat pencinta fotografi makro untuk berkarya. Tingginya minat pada fotografi makro, antara lain, tecermin dari semakin lakunya penjualan lensa makro.

Lensa makro didesain berbeda dari lensa kamera biasa berharga Rp 3,5 juta hingga Rp 15 juta. Semakin panjang jangkauan lensa dan semakin rendah rentang diafragmanya, semakin mahal harga lensa makro tersebut. ”Sengaja beli kamera dan lensa terbaik agar hasilnya maksimal,” kata Sofi Sugiharto sambil menunjukkan hasil jepretan serangganya yang sangat tajam.

Bagi pencinta fotografi makro dengan dana terbatas, gambar serangga bisa diperoleh dengan menambah filter close up seharga Rp 300.000-Rp 500.000 pada lensa kamera biasa. Pembesaran dengan lensa kamera biasa juga bisa diperoleh dengan membalik lensa menggunakan alat seharga Rp 150.000.

Namun, hasil jepretan dengan alat-alat tersebut umumnya memiliki ruang ketajaman yang lebih sempit. ”Karena kualitas hasilnya tak sebanding dengan lensa makro, penggemar fotografi makro sebisa mungkin pasti membeli lensa makro meski mahal,” tambah Andiyan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar