Senin, 12 Desember 2016

Merekam Data, Fakta, dan Rasa

Tips & Catatan |Arbain Rambey
SUNGGUH sulit mendefinisikan apa itu fotografi documenter. Wlaupun dokumentasi selalu berarti “merekam sesuatu”, merekam sebuah negeri secara visual dengan kamera adalah keputusan yang akan berdasarkan selera dan jalan pikiran sang perekam.
Misalkan ada tiga orang, masing-masing pengajar tari, pengajar tata boga, dan pengajara selam, ditugaskan membuat  dokumentasi fotografi tentang Indonesia, bisa dipastikan ketiganya akan memotret hal-hal berbeda, bukan? Pengajar selam bisa dipastikan banyak mengunjungi Indonesia bagian timur dan foto-foto karyanya sangat jarang dibaut pada malam hari. Pengajar tari pasti member porsi besar kepada Jawa dan Bali. Sementar pengajar tat boga banyak berkutat di Indonesia bagian barat.
Bagaimana jika ada Sembilan fotografer jurnalistik memotret Indonesia?
Inilah yang terjadi saat Yuniadhi Agung, Edy Purnomo, Prsetyo Utomo, Mast Irham, Peksi Cahyo, Ahmad Zamroni, Dita Alangkara, Beawiharta, da nSumaryanto Bronto yang tergabung dalam kelompok 1000 kata membuat buku fotografi tentang Indonesia dengan judul #Ini Negriku. Kesembilannya merupakan fotofrafer jurnalistik yang bekerja di berbagai media dan kesembilannya bisa dikatakan fotografer-fotografer senior di Indonesia.
Dalam peluncuran buku ini, pekan lalu di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, mereka menyebutkan bahwa pemilihan lokasi pemotretan, yiatu Sabang, Sibolga, Banyuwangi, Putussibau, Berau, Bima, Labuan Bajo, Ende, Sumba, Ternate, Tidore, langur, Saparua, Soronga dan Raja Ampat, berdasarkan kenyataan bahwa lokasi-lokasi itu belum terlalu banyak direkam untuk “mewakili” Indonesia secara umum saat ini. Sementara kurtor buku ini yang juga ikut memotret, Edy Purnomo, mengatakan bahwa pemilihan foto berdasarkan pada jargon anti-mainstream alias pendekatan yang tidak biasa.
Secara umum memang buku ini merekam Indonesia dengan pendekatan jurnalistik secara menarik. Beberapa foto yang ditampilkan bersama tulisan ini sungguh menampilkan rasa Indonesia dengan kental dan indah: keberagaman agama, adat yang masih dipertahankan, kehidupan yang damai, dan wjaha khas yang berbeda antara satu tempat dan temapt lain.
Buku ini secara umum luar biasa karena merekam Indonesia dengan epndekatan menarik. Bahkan foto kuda meringkik di sampul (karya Marst irham) sungguh menarik untuk symbol “ini Indonesia”. Selama ini, kuda sangat jarang idpkai untuk mewakili Indonesia, padahal kuda sumba sungguh terkenal.
Dan kalau harus menyebut kekurangan buku ini, mungkin itu ada di pemilihan beberapa foto saja. Mereka mdengan foto untuk dimuat di Koran beberapa hari setelah pemotretan dan mereka mdengan foto untuk dkomunetasi jangka panjang tentu berbeda. Beberapa foto di buku ini sebenarnya hanay cocok untuk pemuatan temporer. Foto tangan di jendela kapal pada halaman 10 dan foto profil pencari madu di halaman 40 adalah dua contohnya. Kedu foto itu hanyalah rekaman jangka pendek alias tidak berarti apa-apa di masa mendatang.
Akhirnya, acungan jempol layak diberikan untuk buku ini. Kita semua cinta Indonesia…kfk.kompas.com
DESCRIPTION:  BUKU FOTO INI NEGERIKU!
KEYWORDS: DOKUMENTER,FOTOGRAFER

TAGS :  MEREKAM DATA.

Jumat, 11 November 2016

Rentang Dinamis pada Kamera Papan Atas

KAMERA yang dibahas dalam tulisan ini bisa dikatakan sesungguhnya tidak perlu beriklan. Dengan harga ratusan juta rupiah, kamera ini memang punya konsumen sangat khusus. Para pembeli umumnya sudah tahu info lengkapnya dalam jaringan kecil yang terus saling berhubungan.
phaseOne  SF dengan sensor 100 megapiksel memang dibutuhkan untuk berbagai keperluan khusus. Dan, tulisan ini akan membahas masalah teknis yang berguna untuk memahami kamera lain di kelas tengah dan bawah.

Banyak orang bertanya, apa gunanya 100 MP, sementara ada kamera  dengan 50 MP dan harga jauh di bawahnya?
Jawaban hal itu adalah sensor besar lebih punya peluang untuk lebih baik terhadap sensor kecil manakala kedua sensor buatan tahun yang sama. Memang tidak tertutup kemungkinan kemampuan XF 100 MP ini akan disamai kamera kelas di bawahnya beberapa tahun lagi. Tetapi, pada saat itu tentu sudah ada XF lain yang kemampuannya juga meningkat.
Bagaimanapun, pada masalah sensor, atau alat perekam utama sebuh kamera digital, ukuran menentukan kemampuan karena ini menyangkut ukuran pikselnya juga. Rekaman 16 megapiksel dari sensor 24 mm x 36 mm tentu kala dalam segalanya dengan rekaman 16 megapiksel dari sensor 60 mm X 45 mm.
Rentang Dinamis

Hal paling menonjol dalam sensor besar adalah rentangdinamis. Kalau Anda sering mengolah foto Anda dengna perangkat lunak seperti Photoshop, Anda tentu bisa merasakan betapa foto dari sensor full frame (24 mm x 36 mm) jauh leibh mudah “diapa-apain” daripada foto dari kamera saku walau kedua foto megapikselnya sama bukan? Inilah hal yang terasa langsung dalam soal rentang dinamis foto (dynamic range).

Rentang dinamis XF 100 MP sebesar 15 stop tentu jauh di atas kemampuan kamera-kamera DSLR “normal” yang sekitar 10 stop saja. Pada XF 100, bagian tergelap rekaman foto berada 15 stop di bawah rekaman paling terangnya.
Agar mudah dipahami, perhatikan foto contoh-contoh di halaman ini yang saya buat dengan XF 100 MP. Pada foto model itu, pipi kirinya adalah area bayangan (shadow). Kalau pemotretan dilakukan dengan kamera biasa, bayangan akan tinggal bayangan, alias kalau “diangkat” dengan Photoshop hanay menyisakan area penuh noise dan grain tanpa detail yang memadai.
Dengan kemampuan rentan dinamis yang tinggi, area yang sangat gelap sebenarnya masih menyisakan detail yang baik, demikan pula area yang sangat putih masih juga menyisakan detail.

Bentuk kamera medium format umumnya sederhana dan jarang mengubah penampilannya pada versi yang lebih baru. Tanda 100 megapiksel hanya tertera pada sebuah tulisan kecil.
External links : kfk.kompas.com

Senin, 10 Oktober 2016

Pameran Foto Wonderful Indonesia di Turki dan Thailand

PEKAN LALAU klik bertemu dengan Agatha Bunanta, wanita fotografer Indonesia yang banyak memenangi lomba international dan juga sering diminta jadi juri di banyak Negara. Agatha dengan gembira berkisah bahwa dirinya baru saja dari Izmir, Turki, menggelar pameran foto tentang Indonesia di sana.
“Ini pameran kedua di Turki, lho. Tanggal 6 Februari di Istanbul, sedangkan 4 April pembukaan pameran foto di Paragon Mall, Bangkok,” kata Agatha bangga.
Agatha yang memotori Yayasan Art Photography of Indonesia yang melaksanakan pameran foto itu menuturkan bahwa pameran bertajuk “Wonderful Indonesia” itu dalam waktu dekat juga akan digelar di Oman dan Belgia.
Klub setempat
Dalam pameran di Turki dan Thailand itu, Yayasan Art Photography of Indonesia bekerjasama dengan fotografer dan klub foto stempat yang pernah berburu foto di Indonesia. Jadi, foto-foto yang dipamerkan tidak semata karya fotografer Indonesia.
Di Turki, pameran dibuka Duta Besar Indonesia untuk Turki dan Walikota Istanbul. Adapun tanggal 4 April pada pameran dibuka KU Kedutaan Indonesia untuk Thailand.
Para fotografer Indonesia yang berpartisipasi di pameran Turki adalah Agatha Anne Bunanta, Edwin Djuanda, Sigit Pramono, John Hantoro, David Somali, Medi Wiharyono, Indra Prameswara, Qwadru Putro Wijaksono, Vincent Kohar, dan Evi Arbay.
Sementara yang berpameran di Thailand ialah Agatha Anne Bunanta, Edwin Djuanda, John Hantoro, I Made Arya Dedok,  Qwadru Putro Wijaksono, Vincent Kohar, Elyana Dasuki, Rudy Sunandar dan Edwin Benyamin.[Sumber : Kompas, Selasa 24 Mei 2016 ]
#Kebun Bawang Majalengka – Elyana Dasuki
#Pulau Komodo – Indra Prameswara
#Batu Payung – Qwadru Putro Wicaksono

Jumat, 09 September 2016

MEMAHAMI TIGA FILTER OPTIK UTAMA

#foto kiri tanpa filter CPL, kanan memakai filter CPL
SELAMA persiapan pemotretan gerhana matahari total yang melalui beberapa wilayah Indonesia pada 9 Maret silam, ada filter fotografi yang sedang marak dibicarakan, yaitu filter ND (neutral density). Apa sebenarnya filter ND ini?
Pada era fotografi digital ini banyakfilter optic (filter yang menambahkan sesuatu pada lensa) yang sudah hilang karena bisa digantikan perangkat lunak, seperti filter kuning/merah/oranye, filter soft focus, filter gerak, dan filter split focus. Namun, masih ada beberapa filter optic yang sampai kapanpun rasanya tidak mungkin tergantikan perangkat lunak, yaiut filter UV, filter polarisier, filter ND, dan filter infrared (IR).
#Dengan memakai filter infrared (IR), cahaya yang masuk ke kamera hanyalah cahaya inframerah yang tidak terlihat mata. Foto yang dihasilkan serasa bukan di bumi akibat pencahayaan “lain” ini.
Filter UV yang menghalangi sinar ultraviolet (ungu) agar tidak masuk ke kamera mungkin bisa diabaikan sebab kini hampir semua lensa sudah menyaringnya alias filter Uv sudah otomatis ada di lensa-lensa porduk terbaru. Namun, tiga filter lain tidak akan dipasang permanen pada lensa sebab efek sampingnya sering tidak diinginkan.
Filter polarisier (polarizing filter) adalah filter yang secara mudah diartikan utnuk “memilih” hanya arah cahaya tertentu yang masuk ke kamera. Di pasaran, filter ini populer dengan nama filter CPL (circular polarizing filter). Sekadar catatan, ada filter polarisier lain, yaitu LPL (linear polarizing filter), tetapi kini sangat langka dan mahal. Beda teknis CPL dan LPL tidak terlalu signifikan untuk dibahas dalam tulisan ini.
#Dengan memakai filter ND400, kecepatan rana bisa lambat sekali walau cahaya melimpah. Foto ini memakai ISO 100, speed 5 detik, dan diafragma 22.
Dengan filter CPL, Anda bisa menyaring cahaya tertentu yang tidak diinginkan, seperti pada contoh foto dalam tulisan ini. Memotret ikan di kolam jelas perlu memakai CPL agar riak-riak airnya tidak ikut terpotret. Efek samping filter CPL adalah berkurangnya cahaya secara signifikan, bisa sampai empat stop. Maka, filter CPL sebaiknya dicopot saat tidak diperlukan.
Sementara filter ND dibuat untuk menurunkan “kecerahan” cahaya yang ada. Dalam contoh foto di tulisan ini ada foto air terjun yang dibuat dengan kecepatan rana lambat. ND punya banyak tingkat, tergantung seberapa “gelap” yang dibutuhkan. Memotret gerhana matahari total jelas butuh filter ND sebab cahaya matahari saat terbuka sungguh harus diredam agar bisa dipotret dengan layak.

Filter ketiga yang juga tak bisa digantikan perangkat lunak adalah filter IR yang menghasilkan foto serasa dunia mimpi, seperti foto Candi Borobudur (dipotret dari Hotel Amanjiwo) yang menyertai tulisan ini.[Sumber : Kompas, Selasa 8 Maret 2016 | Tips & Catatan |Arbain Rambey]

Senin, 08 Agustus 2016

MENJURI JUGA BUTUH PERGAULAN

Fun Time” Karya Pnag Piow Kan (Malaysia) meraih medali perak Federation Internationale de l’Art Phtoographique (FIAP) dan juga meraih hadiah setara Rp 50 juta di Uni Emirat pada tahun 2010.
Cameracanon.blogspot.com MATAHARI  Pekan lalu selama tiga hari di Kampung Sampireun, Garut, Jawa Barat, Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia dengan didukung Badan Ekonomi Kreatif mengadakan Seminar Juri Salon Foto Indonesia. Seminar dengan tujuh pembicara itu intinya membahas aneka persoalan dalam penjurian sebuah lomba foto, khususnya pada Salon Foto Indonesia yang berlangsung tiap tahun sejak 1973.
Foto karya  Leow Ek Teck dari Singapura ini juga memenangai seubah lomba foto international pada tahun 2013.
Penjurian lomba foto memang selalu menyangkut kriteria penjurian dan selera seorang juri. Walau selama ini juri selalu dipilih yang sudah punya banyak pengalaman, tetap saja terjadi hal yang mengganjal, terutama pada beberapa tahun terakhir, yaitu kasus foto mirip.
Contoh terbaik untuk soal ini adalah foto karya Ida Bagus Andi Sucirta dari Bali, Indonesia. Foto berjudul "Water Symphony" yang dibuat Andi Sucirta di Tukad Unda, Klungkung, Bali, pada 15 Juni 2005 ini meraih medali perak pada Salon Foto Indonesia Ke-26 tahun 2005 di Batam. Selanjutnya, foto ini masih meraih beberapa gelar lain di berbagai lomba foto internasional, seperti EA Gold Trophy 39th EA International Salon of Photography di Hongkong 2006, Best Asian Photographer of the Year 2006 berhadiah uang 2.000 dollar AS, 20th Asian Photography Award Federation of Asian Photographic Art di Taiwan 2006, PAS Gold Medal 20th Singapore Photo-Art Awards di Singapura 2007, FIAP Gold Medal 2nd International Photographic Salon Mersin Photographic Society di Turki 2008, dan WOS Silver Medal Virtual World of Salon Photography di Malaysia 2008.
Yang terjadi kemudian adalah foto tersebut banyak ditiru fotografer lain. Bahkan, foto tiruan itu memenangi berbagai lomba dengan hadiah yang jauh lebih besar daripada yang diperoleh Andi Sucirta. Salah satunya adalah "Fun Time" karya Pang Piow Kan (Malaysia) yang meraih medali perak Fédération Internationale de l'Art Photographique (FIAP) dengan hadiah uang setara Rp 50 juta di Uni Emirat Arab pada 2010. Peniru lain, Leow Ek Teck dari Singapura, bahkan menang dengan foto sangat mirip pada 2013.
Benarkah Andi Sucirta berhak mengklaim bahwa foto itu asli "rancangannya"?
"Tidak ada kegiatan seperti itu di Tukad Unda. Foto itu saya buat dengan memakai kerabat-kerabat saya dan adegan itu pun hasil percobaan dengan berbagai adegan lain sebelumnya," kata Andi.
Kasus seperti kasus foto Andi ini dalam skala kecil juga sering terjadi di Salon Foto Indonesia, dalam arti foto pemenang sangat mirip dengan foto lain yang pernah ada.
foto berjudul  “Water Symphony” ini dibuat 15 juni 2005 oleh Ida Bagus Andi Sucirt di Tukad Unda, Klungkung, Balil foto ini murni rancangan Andi Sucirta karena memang tidak ada kegiatan seperti ini di sana. Kemudian, foto ini terus ditiru ornag bari berbagai Negara, bahkan pembuatannya pun di tempat yang sama.
Basis data-mesin pencari
Juri di Salon Foto Indonesia diharapkan punya wawasan luas tentang berbagai foto dan tipe foto yang sudah menang di tempat lain agar kasus seperti kasus foto Andi tidak terjadi lagi di Indonesia.
"Dulu saya selalu berusaha membawa sekardus katalog foto berbagai lomba untuk bekal juri-menjuri. Kini lomba foto makin banyak, kami butuh selalu memantau aneka lomba foto di internet. Kalau tidak, wawasan juri akan sangat terbatas," papar Agus Leonardus, fotografer senior dari Yogyakarta.
Berbicara pula dalam seminar ini Ketua Umum Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia (FPSI) Harto Solichin Margo yang membahas aneka penjurian di mancanegara. Aditya Zen berbicara tentang pemasaran fotografi sebagai karya kreatif, Stephanus Setiawan berbicara tentang sistem penilaian di Salon Foto Indonesia, sedangkan Wismanto berbicara tentang etika penjurian. Sementara mantan Ketua Umum FPSI Johnny Hendarta berbicara tentang berbagai hal di FPSI, termasuk sistem gelarnya
[Kompas, Minggu  5 April  2016 |Tips & Catatan Oleh Arbain Rambey, foto taken from google ]
DESCRIPTION: klinik fotografi dari tips & catatan Arbain Rambey
KEYWORDS: menjuri,pergaulan,butuh,juga,basis,data,mesin pencari

TAGS : menjuri juga butuh pergaulan,basis data mesin pencari,

Senin, 04 Juli 2016

KETIKA SENJA DAN PUASA BERMAKNA

Pekerja Bangunan dan Bakso

Dalam kebersamaan

Berbuka di Kafe
Cameracanon.blogspot.com SUARA beduk dan sirene berkumandang bersamaan dengan suara adzan maghrib, menandai waktu berbuka setelah menjalani ibadah puasa. Hampir 14 jam menahan segala bentuk godaan haus dan lapar telah dilalui.
Kelegaan dan keikhlasan setiap umat yang menjalaninya seperti memberikan kenikmatan hidup selama bulan suci Ramadhan. Merayakan kemenangan setelah menahan hawa nafsu seharian berpuasa terasa di sudut kota Semarang pekan ini, seperti pasar, jalan raya, kafe, hingga tas gedung bertingkat saat suara adzan terdengar.

Menghentikan langkah sejenak dan menikmati teh hangat di tepi jalan. Memilih menu masakan di warung dan berbagi cerita atau membuka bekal yang telah disiapkan sebelumnya. Hingga menerima sebuah kotak nasi dan es buah dingin yang dibagikan dari orang tak dikenal membuat senja begitu bermakna. Selamat berbuka…[Kompas, Minggu 19 Juni  2016 |Teks dan Foto Raditya Mahendra Yasa ]

KIAT MEMOTRET

Saat Berwisata
Setelah matahari menghilang di cakrawala saat senja, langit mulai dipenuhi warna-warna indah.
Cameracanon.blogspot.com – kompas , Senin, 25 Juli 2011 | Oleh : Arbain Rambey |Jakarta – Menurut Survei asosiasi pembuat kamera Jepang pada 2009-diulangi dengan hasil sama tiap tahun sampai sekarang-alasan terbesar orang membeli kamera adalah untuk menemani beperigan. Fotografi memang teman utama dalam dunia wisata karena banyak hal bisa didapat hanya dengan selembar foto
Foto kegiatan manusia (human interest)  selalu menarik
BAGI seorang turis, selembar foto adalah bukti bahwa dia sudah sampai di tempat-tempat indah. Sementara bagi sebuah Negara, fotografi adalah sarana untuk menarik kedatangan turis ke wilayah wisata yang dimilikinya.
Dalam berdamawisata, janganlah membawa perlengkapan kamera terlalu banyak karena itu malah merepotkan. Selain berat, ketidakringkasan barang bawaan akan membuat banyak kesalahan yang tidak perlu saat memotret.
Secara umum, dalam berwiata, sebagian besar foto kita akan dihasilkan dalam pencahayaan siang yang terang benderang. Maka, tidak terlalu perlu membawa lensa-lensa dengan bukaan 2,8 atau lebih besar. lensa-lensa dengan bukaan terbesar 3,5 atau 4 sudah cukup.
Kalau anda tidak terlalu paham istilah teknis fotografi, aline terakhir tersebut bisa dibaca: pakai kamera saku juga sudah akan menghasilkan foto indah asal pemotretannya tepat waktu dan posisi.
Banyak orang yang sangat fanatic dengan mutu foto, lalu memilih membawa lensa-lensa cepat (bukaan besar) yang berat. Pengalaman membuktikan, orang yang membawa lensa berat memang mendapatkan foto yang lebih bagus. Namun, jumlah foto yang dibuat sangat sedikit dengan pilihan terbatas pula.
Selain kamera DSLR, kepraktisan kamera saku juga tidak bisa diabaikan. Pilihan antara memakai kamera saku dan kamera DSLR adalah pilihan antara bepergian menyenangkan sambil membawa foto-foto penuh kenangan atau berpergian dengan focus utama mendapatkan foto bagus.
Secara umum, jumlah lensa yang dibawa kalau memakai kamera DSLR sesungguhnya cukup dua buah, dan keduanya zoom. Lensa yang paling sering menempel di kamera adalah lensa rentan 18-55 milimeter, atau yang setara misalnya 17-40, atau 12-60 pada system fourthirds. Ini adalah rentang yang akan paling sering dipakai.
Lensa kedua, yang sebaiknya dipasang dikantong lensa yang tersangkut di ikat pinggang agar mudah dijangkau, dianjurkan punya rentang 70-200 milimeter atau 70-300.
Kalau masih mencadangkan memotret di ruang sangat sempit (dan ini jarang sekali), bolehlah di dalam tas ada lensa tambahan superlebar, misalnya 8 milimeter atau lensa mata ikan lain.
Kalau anda membawa DSLR, tas yang dipakai sebaiknya adalah tas yang memudahkan kita berganti-ganti lensa, dua foto tas yang menyertai tulisan ini, yaitu tas tipe slingshot, dan tas tipe pinggang, akan memudahkan kita dalam segalanya.
Jangan malas
Hal penting lain dalam berwisata adalah kenyataan ini: walau ini adalah saat bersantai, bukan berarti harus melulu bermalas-malasan. Apa salahnya saat berwisata kita bisa mendapatkan foto-foto alam yang bagus. Foto-foto itu jelas tidak bisa kita dapatkan kalau kita semata tinggal di kota.
Pagi hari dan senja hari adalah saat terbaik untuk memotret pemandangan alam. Pada pagi hari, udara masih bersih, langit belum terlalu berawan, dan warna cahaya yang ada hangat kekuningan. Sinar matahari pagi, juga sore, yang datang miring harus melewati atmosfer yang lebih “dalam” daripada cahaya siang yang datang tegak lurus. Akibatnya, sinar matahari pagi, selain punya suhu warna yang “hangat” karena suhu Kelvin-nya rendah, juga membuat aneka bayangan yang membuat permainan warna.
Masalah teknis
Saat berwisata, sebagian besar wakt ukita ada di luar ruangan dan masalh teknis yang harus dihadapi adalah kelembaban. Kalau kita datang dari suhu yang lebih dingin, lalu memotret di tempat yang kelembabannya tinggi, lensa kamera kita akan dipenuhi embun dan kita tidak akan bisa memotret dengan baik.
Contoh kasus yang paling sering terjadi untuk masalah ini adalah kita keluar dari dalam mobil ber-AC yang sangat dingin, lalu memotret keluar mobil. Dalam waktu beberapa detik, lensa kamera kita sudah akan dipenuhi uap air dan kita tidak dapat memotret.
Juga dalam keadaan hujan, kamera di dalam ransel sering mengalami kondensasi sehingga lensa atau bahkan sensor digitalnya dipenuhi embun.
Di dalam suhu sangat dingin, baterai kamera juga mengalami kehilangan tenaga luar biasa. Dalam suhu sangat dingin, usahakan agar kamera kita tetap hangat, misalnya dengan menaruhnya didada, di dalam jaket yang kita kenakan.
Masalah teknis yang juga penting adalah masalah white balance (WB). Tidak selalu penyesuaian WB yang “tepat” akan menghasilkan gambar yang lebih baik. Seni fotografi adalah menghasilkan foto sesuai “keinginan” kita. Foto matahari terbit justru menarik kalau kekuningan. Maka, setting WB untuk matahari pagi sebaiknya justru pada setting daylight, kalau perlu pada setting di atas 5.500 kelvin.
Pada setting WB lebih tinggi daripada 5.500 kelvin, warna pantulan sinar matahari di air akan tampak keemasan.
Memotret manusia
Selain memotret alam, ketika berwisata, kita juga akan bertemu dengan banyak manusia dengan tabiat dan kegiatan yang unik. Saat memotret  manusia selama perjalanan, kita bisa menghasilkan foto-foto yang sarat makna dan kenangan.
Foto manusia dan kegiatannya, atau biasa dikenal sebagai human interest photo, selalu menarik. Manusia senang berinteraksi, berjumpa dan melihat manusia lain dalam bentuk apa pun. Itulah sebabnya, foto human interest hampir selalu ada di sejumlah media cetak.
Foto human interest bisa dikatakan karena manusia selalu berkegiatan di mana pun. Namun, foto human interest yang baik tidak terlalu mudah dihasilkan karena berbagai kendala yang mungkin dihadapi si pemotret.
Manusia berkegiatan adalah sesuatu yang tiga dimensi dan bergerak, sementara media foto adalah dua dimensi dan sama sekali tidak bergerak. Selain itu, ekspresi seorang manusia sering hanay bisa tertangkap indra manusia karena ekspresi merupakan reaksi terhadap lingkungan. Tantangan dalam membuat foto human interest adalah kemampuan memindahakn sebuah realitas manusia, lengkap dengan ekspresi fisiknya, ke dalam selembar foto. Untuk itu anda harus jeli dan sabar agar bisa mendapatkan foto-foto manusia berkegiatan yang unik dan menarik.

DESCRIPTION: Fotografi memang teman utama dalam dunia wisata karena banyak hal bisa didapat hanya dengan selembar foto.

KEYWORDS: KIAT,MEMOTRET,BERWISATA,FOTOGRAFI,KAMERA,FOTO,DUNIA WISATA,zoom,fourthirds,tepat waktu, posisi.

Kamis, 30 Juni 2016

Merayakan Kehangatan Matahari

Merayakan kehangatan Matahari
Cameracanon.blogspot.com – ENTAH jam berapa matahari terbit di Dublin, Irlandia, pada awal Juni 2016. Pukul 05.00, saat matahari mulai terjaga, posisi matahari sudah tinggi. Yang saya tahu adala hwaktu tenggelamnya matahari, pukul 22.00.
Terik dan panjangnya matahari bersinar memang menjadi berkah bagi warga Dublin.  Tak sedikit warga dan wisatawan yang berkomentar “lovely day” dan “beautiful weather” saat menikmati kehangatan itu.
Kehangatan itu tentunya tidak disia-siakan ole hwarga. Di waktu senggang, dari pagi hingga malam, warga berkumpuk di tempat-tempat terbuka untuk menyambut berkah kehangatan itu. Dari sekadar nongkrong di beranda rumah hingga menikmati bir di teras kafe seusai jam kerja. Mulai dari berjalan hingga menimati makan siang di taman.
Kehangatan itu juga tidak disia-siakan oleh para pelancong. City Center, yang menjadi pusat kota dengan aneka toko, ribuan pelancong berbaur bersama warga. Armada bus tingkat untuk wisata keliling kota hilir mudik melayani wisatawan.
Keliling kota

Ya, kehendaknya itu memang patut dirayakan warga Dublin. Sebelum tiba saat matahari hanya muncul sebentar saja, itu pun jik tidak ada mendung. Selmat menikmati kehangatan matahari Dubli
[Sumber : Kompas, Minggu, 12 Juni 2016 | Oleh : Wisnu Widiantoro ]
Jelang Matahari Tenggelam
DESCRIPTION: Terik dan panjangnya matahari bersinar memang menjadi berkah bagi warga Dublin.
KEYWORDS: Dublin,merayakan,kehangatan,matahari.

TAGS : merayakan kehangatan, matahari di Dublin.

Senin, 06 Juni 2016

NELAYAN KECIL DI SAMUDERA BESAR

Cameracanon.blogspot.com –MENJADI nelayan dengan penghasilan tak pasti. Hari ini tak dapat hasil, besok pun belum tentu dapat hasil. Semuanya sangat bergantung kondisi alam dan fasilitas melaut yang memadai. Demikian yang dirasakan Fadli (32), nelayan kapal bagan di kawasan Krueng Raya, Gampong Meunasah Keudee, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

[Kompas, Minggu 24  Januari  2016 |Teks dan Foto Adrian Fajriansyah ]

Kamis, 05 Mei 2016

Tetabuhan Pungkasan Kyai Nggower

Cameracanon.blogspot.com – SUARA tetabuhan gamelan yang dimainkan belasan wiyaga menggema lembut di teras tengah bangunan lawas di Omah Lawang Ombo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu (6/4). Suara dari gamelan yang berusia ratusan tahun ini mengiringi seniman tari sekaligus sebagai sebuah pertunjukan pungkasan sebelum berpindah pemilik untuk dijual.
Keberadaan gemelan di Lasem memiliki sejarah panjang menjadi bagian tak terpisahkan dari pertautan budaya Tionghoa dan Jawa Islam. Salah satunya gamelan laras pelog milik keluarga Tjoo yang dinamai Kyai Nggower. Dalam akta gamelan, tercatat gamelan ini dijual oleh Tan Siah Mei dari Blora lalu diboyong ke Lasem setelah dibeli Lie Hwan Jiang melalui perantara Tjan Tok Sien pada 1919.
Bagi warga Tionghoa di pesisir utara Jawa seperti Lasem, gamelan selalu dimainkan saat upacara tradisional keagamaan ataupun penyelenggaraan acara keluarga. Sampai saat ini terdapat lima keluarga Tionghoa yang masih menyimpan perangkat gamelan di Lasem.
Sie Hwie Tan, yang sering disapa Gandor, mengaku terpaksa menjual gamelan Kyai Nggower karena sudah tidak mampu merawat. "Saya sudah tua dan sering sakit sepertinya tidak mungkin lagi merawat Kyai Nggower," katanya dengan berkaca-kaca. Pentas sore itu seolah menjadi perpisahan baginya dan tentu saja warga Lasem yang peduli dengan pelestarian budaya.

[Sumber : Kompas, Minggu, 8 Mei 2016 | Oleh : Radiyta Mahendra Yasa ]

Senin, 04 April 2016

BERBURU BARANG TUA DI WATERLOOPLEIN

Perkakas Rumah Tangga
Cameracanon.blogspot.com –DI TENGAH musim dingin Desember lalu, pasar loak di Waterlooplein, Amsterdam, mulai menggeliat sekitar pukul 10.00.
Arno pria bertubuh tinggi besar, sibuk mengeluarkan barang dagangan dari dalam mobil transporternya sambil sesekali meladeni sapaan teman-teman sesame pedagang.[Kompas, Minggu 17  Januari  2016 |Teks dan Foto Bahana Patria Gupta]

Kamis, 03 Maret 2016

MEMAHAMI FOTOGRAFI GUA

Cameracanon.blogspot.com – KEGIATAN menelusuri gua atau kegiatan speleologi makin populer di kalangan pencinta alam di Indonesia. Aneka keindahan gua di Indonesia satu per satu menyeruak lewat foto yang dibawa mereka yang memasukinya. Tetapi, tidak jarang juga terjadi kecelakaan-kecelakaan yang bahkan merenggut jiwa dalam kegiatan masuk ke perut bumi ini.

Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia/Federation of Indonesian Speleological Activities (Hikespi/Finspac), organisasi induk kegiatan ini di Indonesia, yang berdiri sejak 1983, baru saja mengadakan lomba foto kegiatan speleologi dan pemenangnya sudah diumumkan.
enurut Cahyo Alkantana, Presiden Hikespi, lomba foto ini diadakan untuk makin memasyarakatkan kegiatan speleologi yang benar dan aman di Indonesia. "Gua itu terbentuk ribuan sampai jutaan tahun. Jangan sampai jadi rusak karena eksplorasi yang salah," katanya.
Pencahayaan sulit

Dari sisi guna, fotografi gua punya dua macam fungsi, yaitu sebagai dokumentasi gua itu sendiri dan sebagai fotografi seni perjalanan.
Dari sisi dokumentasi, pemotretan gua meliputi detail, corak, dan kombinasi warna batuan yang ada sampai dengan aneka sisi dari gua tersebut. Pemotretan dengan pendekatan dokumentasi membutuhkan aneka akurasi yang tidak bisa ditawar, seperti akurasi warna, akurasi ukuran, dan akurasi bentuk (jangan terjadi distorsi akibat lensa yang salah).
Dari sisi fotografi seni perjalanan, fotografi gua selalu menekankan keindahannya yang dipadukan dengan manusia untuk perbandingan ukuran dan untuk memberi "rasa".
Secara tenis, fotografi gua membutuhkan pemahaman pencahayaan yang baik. Pada sisi gua di mana masih ada sinar matahari masuk, pengukuran pencahayaan sebaiknya memakai kompensasi minus agar bagian gelap tetap terekam hitam.

Sementara pada bagian gua yang gelap total, beberapa cara bisa dipakai.
1. Pergunakan tripod, lalu rana dipasang pada B (bulb). Lalu, dengan lampu kilat, cahayai berbagai permukaan dalam beberapa kali penyalaan lampu kilat.
2. Pencahayaan lampu kilat bisa digantikan lampu senter dengan durasi pencahayaan yang cukup lama. Harap diingat masalah WB (white balance) kalau memakai cahaya lampu senter.
3. Pencahayaan dengan menggabungkan cahaya flash dan lampu senter bisa juga dilakukan untuk mendapatkan efek aneka warna. Pasang WB pada mode tungsten sehingga cahaya flash akan terekam biru, sementara cahaya lampu senter terekam putih.[Sumber : Kompas, Rabu, 6 April 2016 | Oleh : ARBAIN RAMBEY ]

Selasa, 16 Februari 2016

Klinik Fotografi

Pentingnya Menjalani Proses Pemotretan

BERSAMA tulisan ini ada empat foto untuk bahan pemahaman. Perhatikan keempat foto dimulai dari kiri atas, searah jarum jam. Anda tentu melihat urutan kejadian, bukan?
Foto pertama jelas foto yang paling tidak menarik karena ada pantulan matahari di airnya dan terlalu menyamping sehingga wajah orang dalam eprahu nyaris tidak tampak. Sementara foto keempat adala hfoto yang paling sempurna karena sudut pemotretan ideal dan pencahayaan pun datang dari arah yang enak untuk dilihat secara umum.
Soal foto bagus
Dalam dunia fotografi, secara umum orang memotret untuk mengahsilkan foto bagus. Definisi “foto bagus” selalu menarik untuk diperdebatkan karena definisi ini sulut utnuk mendapatkan solusi tunggal. Bagus untuk di A belum tentu bagus untuk di B. bagus untuk tema A belum tentu bagus untuk tema B.
Satu yang pasti, untuk bisa memahami apa itu foto bagus, kita harus banyak meliaht dan membaca. Walau tetap tidak bisa diverbalkan, ada defnisi foto bagus yang menajdi kesukaan orang banyak. Ada foto-foto tipe tertentu yagn akan disukai mayoritas orang yang meliaht foto itu, misalnya foto matahari terbit dengan langit penuh warna foto wanita cantik dengan ekspresi dan pose yang menyenangkan, serta foto-foto kegiatan manusia yang tidak biasa-biasa.
Kembali foto ilustrasi tulisan ini, Anda tentu merasas bahwa orang mendayung dengan perahu penuh sayuran segar di ats sungai yang jernih adalah adegan menarik, bukan? Saya pun berpikir demikan saat meliaht adegan ini terjadi di dekat saya. Keyakinan bahwa ini adegan menarik tentu timbul dari berbagai foto yang pernah kita lihat dan kita apresiasi.
Tepat saat melihat perahu tersebut, saya langusng mengarahkan kamera dan memotret. Foto pertama adalah foto di pojok kiri atas. Pertanyaannya adalah adegan belum bagus dengan pantulan matahari yang mengganggu, kok, dipotret juga?
Di sinilah hal sangat penting dalam fotografi mengemuka yaitu proses memotret itu penting. Kalau saja anda berpikir,” …ah belum bagus, jangan motret dulu…belum bagus…belum bagus…” dan seterusnya, bisa-bisa Anda tidak akan pernah memotret apa pun.
Dalam pemotretan kejadian bergerak, kita sebaiknya mengikuti prosesnya dengan terus memotret sampai terjaid “adegan bagus”-nya. Jangan terlalu irit dalam memotret keigatan manusia karena kita tidak pernah tahu kapan adegan menariknya tiba dihadapan kita. Satu yang paling penting adalah kita tahu bahwa adegan di depan kita akan menuju ke suatu yang menarik.

Memotret degan mengikuti proses gerakan akan terasa sangat berguna dalam memotret kegiatan olahraga. Memotret seorang pemain bintang sedang menggiring bola, misalnya. Anda akan bisa mendapatkan adegan menarik kalau mengikuti proses pergerakan sang pemain bintang itu dengan terus memotret, bukan menunggu sebuah adegan saja.

Tips & Catatan |Arbain Rambey

Kamis, 14 Januari 2016

CONWY, KOTA BERDINDING KLASIK

Panorama dinding Kota Conwy dari menara jaga
Cameracanon.blogspot.com MATAHARI  hampir tenggelam ketika kami tiba di Conwy, Wales Utaa, 18 Maret lalu. Cahayanya menyisakan warna kuning keemasan di puncak menara kastil conwy. Bendera Wales bergambar Naga Merah berkibar mengikuti arah angin menambah dingin suhu yang mencapai 6 derajat Celsius.
Bangsal Inti dan luar
Memasuki jalan Kota conwy yang kebanyakan satu arah, kita harus melewati dinding kota dai batu yang memagarinya apabila menggunakan kendaraan. Setelah semalam menginap di Hotel Castle, perjalanan atas undangan  Visit Britain ini kembali dilanjutkan. Jalan kaki adalah pilihan terbaik untuk berkeliling kota sebelum masuk kastil. Ada tangga besi untuk naik ke dinding kota. Dari ketinggian menara yang berjumlah 22 unit, gambaran penuh pemandangan kota, laut, dan pegunungan menyatu sempurna dengan kastil conwy
Kemegahan Menara Kastil conwy
Dibangun untuk raja Edward I, oleh arsitek Masater James of St George, kastil di pantai utara Wales ini adalah benteng yang terbaik pada abad pertengahan yang hingga kini masih berdiri megah di Inggris Raya. Terdapat delapan menara utama yang mengelilinginya. Diperkirakan 15.000 poundsterling dihabiskan untuk membangun kastil ini antara tahun 1283 dan 1287. Pada tahun 1285 lebih dari 1.500 perajin dan buruh ditarik dari seluruh Inggris untuk dipekerjakan di Conwy.

Memasuki Dinding Kota Menuju Kastil
Kastil dan dinding Kota Conwy bersamaan dengna Beaumaris, Caernafon, dan Harlech ditetapkan menjadi situs Warisn Dunia oleh UNESCO sejak tahun 1986.
Patung penjaga pintu utama
[Kompas, Minggu  3 April  2016 |Teks  Agus Sutanto, foto taken from google ]
DESCRIPTION:
KEYWORDS: memasuki,musim,conwy,kastil,wales,

TAGS : kastil conwy,conwy castle,.
Jembatan pertama tahun 1826 menuju kastil, jembatan kereta api tahun 1848, jembatan baru tahun 1958 ditambah menghubungkan kota