Kamis, 10 April 2014

KLINIK | FOTOGRAFI

Fotografi Tidak Cuma Masalah Optik Lagi

Tips & catatan Arbain Rambey (Kompas, Selasa, 8 April 2014). Disajikan kembali oleh HendrikTan


Saya selalu mendambakan peta yang hidup dan bernapas,” kata Manik Gupta, Group Product Mgr fr Google Maps di Siem Reap, kamboja, akhir pekan lalu. Google Maps adalah bagian dari Google yang khusus mengembangkan aneka peta dengan pendekatan-pendekatan baru.

Peta yang hidup? Peta yang bernapas?

Ya, saat ini peta sudah demikian maju, kalau anda membuka Google Street View (mulailah dengan membuka www.google.com), anda bisa mempelajari sebuah tempat dari foto tiga dimensi tentang tempat itu yang dibuat ribuan pemakai Google dengan sukarela. Anda bisa memutar-mutar  arah pandang sampai anda sungguh “menguasai” tempat tersebut.

Lebih jauh, kini anda sudah bisa mempelajari detail sebuah tempat dengan “bergerak” di layar monitor (atau telepon cerdas) dengan seakan anda sedang berjalan di tempat itu, dengan arah dan jarak sesuai dengan kemauan anda. Peta yang ada di Google Street View sungguh membawa anda seakan sudah berada di sana tanpa beranjak ari tempat duduk saat ini.

Kini tujuh benua (termasuk Antartika dan Alaska/Greenland), 50 negara dan sekitar 6 juta mil jalan sudah dijelajahi Google Street view dengan kamera khusus yang dikembangkan Google.
Optic plus perangkat lunak

Kamera khusus yang dikembangkan Google merekam dalam tiga dimensi dengan cara sangat khusus. Dulu, foto tiga dimensi dihasilkan dari dua kamera yang mewakili mata manusia.

Tiga dimensi yang “dianut” Google adalah tiga dimensi yang akan diolah perangkat lunak khusus sehingga menghasilkan rekaman total sebuah tempat dalam elbih dari tiga dimensi. Anda bisa bergerak ke arah mana pun, bisa pula melihat kea rah mana pun di titik mana pun.

Kamera dengan 10 sampai 12 arah pandangan yang dikembangkan Google dibawa orang berjalan di area dimana hanya bisa dijelajahi kaki, atau dengan mobil pada area yang memungkinkan dilewati mobil.
“Hasil pemotretan beruntun itu lalu kami olah dengan perangkat lunak yang kami kembangkan. Maka jadilah peta yang merekam sebuah tempat dalam segenap sisinya, segenap detailnya,” kata Wakil Presiden Google untuk komunikasi Asia Pasifik.

Bisa dikatakan, saat ini fotografi telah masuk ke babak yang lebih tinggi. Fotografi tidak semata masalah optic lagi, tetapi juga masalah bagaimana hasil pemotretan itu bisa meningkat ke tingkat yang lebih tinggi dengan bantuan perangkat lunak. Tanpa diolah, memang fotografi akan terbatas pada gambar mati dalam dua dimensi dan terbatas.

Menyangkut Budaya

Tak hanya itu, Google Street View sudah mengjankau hal lebih dalam lagi. Beberap temapt penting sudah terpetakan dengan detail. Museum Nasional Indonesia, misalnya. Anda bisa masuk Museum Nasional ari tempat duduk anda lewat komputer, lalu melihat dengan detail aneka koleksi yang ada di sana. Sangat detail bahkan serat kain sebuah ulos bisa terliaht jelas.

Potret detail sebuah benda bersejarah memang perlu ada untuk menghindari pemalsuan. Sjahrial Djalil, kolektor benda seni, mengatakan bahwa potret detail sebuah benda seni membuat benda itu tak bisa dipalskukan. “Retakan dan aneka detail jelas tak bisa ditiru. Selama ini pemalsuan benda seni terjadi karena orang tidak tahu deatilnya.” Kata pemilik Museum Dalam kebuh di Kemang Timur, Jakarta Selatan, ini.
Fotografi memang seubah temuan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dan dengan digabungkan dengan aneka penemuan lain, fotografi jelas merupakan bagian kehidupan manusia sampai kapan pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar